22 Agustus 2024
Morning Symposium membahas tiga topik utama dalam manajemen ritme jantung. Topik pertama, Heart Rhythm Management in Dif...
Pada Sabtu, 10 Agustus 2024, Morning Symposium membahas tiga topik utama dalam manajemen ritme jantung. Topik pertama, Heart Rhythm Management in Different Settings, dimoderatori oleh Daniel Tanubudi, MD dan Sumarni, MD. Hermawan, MD mengawali sesi dengan materi bertajuk “Different Faces of Betablocking Agents”. Ia menjelaskan peran penting beta-blocker dalam mengurangi frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, dan tekanan darah sistolik, serta efek anti-aritmia. Hermawan turut menekankan pentingnya pemahaman terhadap agen ini dalam mengelola ritme jantung.
Anggia Chairuddin Lubis, MD melanjutkan dengan materi Optimal Management of Heart Failure Patients with Ventricular Arrhythmia. Ia menyoroti bahwa gagal jantung dengan aritmia ventrikular memerlukan penanganan cermat untuk mencegah perburukan kondisi pasien. Penanganan dini dan tepat sangatlah penting. Materi terakhir disampaikan oleh Budi Baktijasa Dharmadjati, MD, PhD dengan judul “Managing VT in Patient with Coronary Heart Disease”. Dalam pemaparannya, Budi membahas pengelolaan takikardia ventrikular (VT) pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Strategi yang efektif dapat mencegah komplikasi serius dan memastikan stabilitas kondisi pasien.
Topik kedua, Medical Therapy for Atrial Fibrillation, dimoderatori oleh Reynold Agustinus, MD dan Chandara Rith, MD. Materi pertama yang berjudul “Rate Control in Atrial Fibrillation: Is It Still Relevant?” dibawakan oleh Yoga Waranugraha, MD. Ia menekankan bahwa meskipun kontrol frekuensi tetap penting, pendekatan kontrol ritme semakin diutamakan, terutama bagi padsiiuetnamyaknagn baru didiagnosis atau memiliki gejala. Berikutnya, Beny Hartono, MD dalam materi “Rhythm Control Therapy: Medical Therapy vs Catheter Ablation” membandingkan terapi medis dengan ablasi kateter dalam kontrol ritme fibrilasi atrium. Beny menegaskan bahwa bukti semakin mendukung kontrol ritme dini dengan bukti bahwa manajemen ini dapat memberikan hasil klinis lebih baik dibanding kontrol dengan frekuensi. Prof. Hongwu Chen, MD, PhD menutup sesi dengan materi “Atrial Fibrillation: RFA on PVI and Beyond PVI” yang membahas pentingnya ablasi frekuensi radio (RFA) pada pulmonary vein isolation (PVI) serta strategi tambahan di luar PVI untuk penanganan fibrilasi atrium. Pendekatan yang lebih luas mungkin diperlukan berdasarkan kondisi individu pasien.
Topik ketiga, Allied Professional “All About Heart Conduction System Block”, dimoderatori oleh Ardyles. Iyan Solihin membuka dengan materi “Urgency of Sick Sinus Syndrome: Sinus Arrest vs SA Block”. Ia menyoroti identifikasi gejala bradikardia menjadi krusial karena kondisi ini memerlukan intervensi cepat serta evaluasi penyebab sebelum pemasangan ppaacceemmaakkeerr permanen (PPM). Deni Agustian Muhiddin dalam materinya yang berjudul “Infra His and Supra His Block and Its Prognosis” menjelaskan bahwa blok infra his memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan supra his sehingga evaluasi yang tepat menjadi penting. Terakhir, Rohmad Widyanto memaparkan materi “Deep Understanding on Bundle Branch Block and Fascicular Block”. Ia menjelaskan pentingnya pengenalan cepat terhadap blok untuk menentukan strategi manajemen yang optimal.Secara keseluruhan, sesi Morning Symposium memberikan wawasan mendalam mengenai berbagai pendekatan dalam manajemen ritme jantung dan penanganan gangguan konduksi jantung. Melalui diskusi yang kaya dan mendalam, para peserta diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan ini dalam praktik klinis sehari-hari untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien.