22 Agustus 2024
Hari terakhir rangkaian The 11th Annual Scientific Meeting InaHRS 2024 turut diramaikan dengan agenda EP’s Boot Camp. Ke...
InaHRS, 10 Agustus 2024, Hari terakhir rangkaian The 11th Annual Scientific Meeting InaHRS 2024 turut diramaikan dengan agenda EP’s Boot Camp. Kegiatan yang dilaksanakan di ruang Paris ini dipandu oleh dua orang course director, yakni Ardian Rizal, MD dan Agung Fabian Chandranegara, MD. Keantusiasan peserta InaHRS terbukti konsisten sampai hari terakhir yang terlihat dari penuhnya ruangan Paris segera sejak dimulainya materi pertama. Arsha Pramudya, MDpaedratalamhan. arasumber pertama pada pagi hari ini. Materi pertama dengan judul “Anti-Arrhythmic’s drug” membahas mulai dari cara kerja obat anti-aritmia secara umum hingga spesifik membahas klasifikasi Vaughan-Williams kelas obat anti-aritmia, dan diakhiri dengan diskusi kasus pemilihan kelas obat untuk pasien dengan kebutuhan yang unik. Selanjutnya, Benny Mulyanto Setiadi, MD dengan materi pemaparan “Pacemaker Follow Up” membahas pacemaker yang dianalogikan sebagai gadget dengan banyak fungsi, tetapi hal pertama yang perlu diperhatikan adalah keselamatan pasien. Benny memberikan jembatan keledai yang mudah diingat peserta, yaitu “PBL STOP” sebagai pertimbangan menggunakan pacemaker, yaitu presenting rhythm and rate; battery status; lead status; sensing; threshold; observation, data, and events; serta program and print. Setelah materi selesai disampaikan, waktunya pengaplikasian secara langsung. Selanjutnya, Alice Inda Supit, MD, hadir untuk mengajarkan cara memprogram pacemaker secara langsung yang disambut antusias oleh para peserta. Selain mendapat pengalaman mencoba, peserta juga dipandu oleh instruktur-instruktur yang sigap membimbing dan mengarahkan.
Setelah sesi hands on yang dilanjut istirahat, ruangan kembali ramai dengan peserta yang menunggu giliran Haikal, MD untuk memaparkan dasar-dasar mekanisme elektrofisiologi dari aritmia dengan materi yang berjudul “Basic EGM; Unravelling Cardiac Arrhythmia Mechanism”. Mayoritas mekanisme aritmia disebabkan oleh abnormalitas yang melewati jaringan. Materi ini juga berfokus pada pemeriksaan noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan cMRI untuk memprediksi mekanisme aritmia. Pemaparan dilanjutkan dengan judul “Diagnostic EP Procedure: Holter, Tilt Table Test & Provocation Test” oleh Sebastian Andy Manurung, MD. Prosedur diagnosis menggunakan elektrofisiologi, di antaranya holter, tilt table test, dan provocation test, dibahas mendalam mulai dari indikasinya pada pasien yang berbeda-beda hingga keuntungan serta kerugiannya. Bahasan terakhir pada EP’s Boot Camp dibawakan oleh Fera Hidayati, MD dengan tajuk “Invasive EP Procedure: 2D & 3D Mapping”. Fera membahas dasar-dasar electrophysiology study (EPS) 2D, di antaranya indikasi, komplikasi, persiapan, pemasangan, proyeksi, variasi yang ada, perbedaan EKG dan EGM, hingga hubungan EGM dengan aktivasi berbagai komponen jantung. Untuk EPS 3D, dibahas pula prinsip pemetaan, pemanfaatannya dalam ablasi jantung, hingga pengambilan data. Di sela-sela pemaparan, Fera juga memberikan kuis sehingga suasana ruang Paris menjadi riuh bersemangat. Terakhir, EP’s Boot Camp tahun ini dimeriahkan dengan wet lab berupa dasar anatomi untuk alat implan dan ablasi.