15 Agustus 2024

Mengintip sekilas Workshop for Allied Professional: Kupas Tuntas Seputar Ablasi

Sesi ini menghadirkan Iyan Solihin sebagai moderator dan Arie Restio Fauzi membuka dengan materi “Getting Familiar with...

InaHRS, 8 Agustus 2024, The 11th Annual Scientific Meeting InaHRS 2024 turut dimeriahkan dengan mengundang sejumlah rekan profesi kesehatan lainnya. Sesi ini menghadirkan Iyan Solihin sebagai moderator. Arie Restio Fauzi membuka dengan materi “Getting Familiar with Dual AV Node Pathways and AVNRT” yang membahas dual AV node physiology dan markernya, dilanjutkan dengan jenis, diagnosis banding, cara diagnosis, dan metode ablasi AVNRT, yang disebut Arie sebagai salah satu kasus takikardia supraventrikular (SVT) yang paling sering ditemukan. Materi keduanya yang berjudul “Accessory Pathway Ablation: Targets of The Best Site for Ablation” membahas accessory pathway yang terlibat dalam terjadinya AVRT.

Workshop dilanjutkan dengan materi “Focal Atrial Tachycardia (AT): Diagnosis and Ablation” oleh Sri Sulastri. Penjelasan Sri mengenai mekanisme, ciri khas, dan klasifikasi dari AT bertujuan untuk mempermudah identifikasi. Beberapa indikasi juga diperhatikan dalam menentukan keperluan ablasi dalam AT. Presentasi selanjutnya dengan judul “Isthmus Region for Flutter Ablation” membahas seputar atrium flutter (AFL). Sri mengungkapkan bahwa posterior isthmus merupakan area paling lunak sehingga cocok untuk dilakukan ablasi. Endpoint dan keberhasilan dari ablasi ditandai oleh terminasi dari takikardi.

“Pasien dengan AF dan memiliki risiko trombus lebih baik diablasi,” sebut Hasbi Ash Shiddieq saat memulai presentasinya yang bertajuk “PV Isolation on Management of Atrial Fibrilation”. Fibrilasi atrial (AF) dapat diidentifikasi melalui aktivitas atrial, gelombang P yang bervariasi atau bahkan tidak kelihatan di ECG, dan respons ireguler ventrikuler. rBeesrpdoenbar, sesak napas, dan lemas merupakan beberapa gejala dari AF. AF sendiri dapat disebabkan oleh gaya hidup dan riwayat penyakit jantung. Menambahkan pernyataan pertamanya, Hasbi mengatakan bahwa pasien dengan AF simtomatik dan obat-obat aritmia yang tidak efektif atau ada kontraindikasi juga direkomendasikan untuk dilakukan ablasi. 

Selanjutnya, Widji Mardianto membawakan topik “Understanding of Ventricular Arrhythmia” yang dibuka dengan penjelasan premature ventricular contraction, yaitu fenomena gelombang R muncul di gelombang T dapat menyebabkan henti jantung. Titik akhir dari pencegahan aritmia ventrikuler adalah implantable cardioverterdefibrillator. Materi selanjutnya kembali dibawakan oleh Widji adalah “Idiopathic PVC: Where Come From?” yang membahas kasus mengenai pasien dengan ketidaknyamanan dada dan keluhan sesak napas.

Menjelang akhir, lyan Solihin membawakan materi “Principle of Ablation”. Ablasi menjadi salah satu opsi penanganan takiaritmia selain farmakologi dan device implantation. Ablasi memiliki potensi untuk menjadi penyembuh karena menangani sumber aritmia secara langsung. Ablasi tersedia dalam beberapa tipe dan dapat disesuaikan dengan kondisi pasien, dengan yang paling baru adalah robotic ablation. Sayangnya, masih banyak tipe ablasi yang belum dipakai di Indonesia. 

Materi terakhir dibawakan oleh Catur Wulanningsari dan dimulai dengan penjelasan mengenai takikardia dan klasifikasinya dengan bahasan berjudul “Left Side Tachyarrhythmia Ablation: How to Prepare Antegrade vs Retrograde Approach”. Ablasi ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala takiaritmia agar mengurangi risiko komplikasi yang mengancam jiwa. Butuh modalitas dan teknik yang baik agar tingkat keberhasilannya semakin tinggi. Terdapat teknik anterograde dan retrograde yang dibedakan berdasarkan lokasi aksesnya. Keduanya memiliki risiko komplikasi yang rendah apabila dilakukan dengan teknik yang benar, tetapi teknik retrograde cenderung lebih sulit. “Target kesuksesan retrograde 85%, sedangkan anterograde 96.2%,” jelas Catur, yang juga turut menambahkan bahwa penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara hasil teknik anterograde dan retrograde. Workshop diakhiri dengan sesi hands-on, dimana peserta dapat melihat dan mencoba secara langsung transseptal approach dan simulasi 3D dari ablasi.